
1. Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun dengan kolostomi sigmoid permanen dirawat di rumah sakit karena dehidrasi berat. Saat perawat melakukan pengkajian, didapatkan stoma berwarna pucat kebiruan, sedikit retraksi, dan output feses cair yang berlebihan. Pasien mengeluh lemas dan pusing. Hasil laboratorium menunjukkan natrium serum 125 mEq/L dan kalium 3.0 mEq/L.Sebagai perawat yang bertanggung jawab, tindakan prioritas apakah yang harus segera Anda lakukan untuk menangani kondisi pasien ini?
A. Mengedukasi pasien tentang pentingnya hidrasi dan diet rendah serat.
B. Mengganti kantong kolostomi dengan ukuran yang lebih besar untuk menampung output.
C. Melaporkan segera kondisi stoma dan hasil laboratorium kepada dokter penanggung jawab.
D. Memberikan cairan intravena sesuai program dan memantau tanda-tanda vital dengan ketat.
E. Mengajarkan pasien cara mengelola output feses cair dengan penggunaan antidiare.
Kunci Jawaban: D
Rasional: Soal ini menguji kemampuan perawat dalam mengidentifikasi masalah prioritas dan mengambil tindakan yang tepat berdasarkan data klinis dan laboratorium. Meskipun semua opsi memiliki relevansi, kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat dan ketidakseimbangan elektrolit yang mengancam jiwa. Pemberian cairan intravena (IV) adalah tindakan prioritas untuk mengoreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, didahului dengan pelaporan ke dokter (namun opsi D adalah tindakan langsung yang relevan untuk mengatasi kondisi gawat). Melaporkan ke dokter adalah langkah penting, tetapi tindakan untuk mengatasi dehidrasi (pemberian cairan IV) harus segera dilakukan di bawah instruksi atau sebagai tindakan mandiri perawat jika sudah ada order tetap. Opsi A, B, dan E adalah tindakan edukasi atau manajemen jangka panjang yang tidak mengatasi kondisi akut pasien.
2. Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun mengalami stroke iskemi dengan disartria dan disfagia berat. Dokter menginstruksikan pemasangan Nasogastric Tube (NGT) untuk nutrisi dan pemberian oksigen nasal kanul 3 L/menit. Setelah pemasangan NGT, perawat melakukan auskultasi di epigastrium dan mendengarkan suara gemericik setelah memasukkan udara. Namun, beberapa jam kemudian pasien mengalami batuk-batuk hebat dan saturasi oksigen menurun menjadi 88% meskipun sudah terpasang oksigen.Manakah diagnosis keperawatan prioritas yang paling tepat menggambarkan kondisi pasien berdasarkan data tersebut?
A. Risiko aspirasi berhubungan dengan disfagia.
B. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan saturasi oksigen.
C. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia.
D. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan napas.
E. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Kunci Jawaban: A
Rasional: Meskipun pasien sudah terpasang oksigen dan mengalami penurunan saturasi, batuk-batuk hebat setelah pemasangan NGT mengindikasikan adanya kemungkinan aspirasi (masuknya cairan/makanan ke saluran napas). Disfagia berat juga merupakan faktor risiko utama aspirasi. Suara gemericik di epigastrium saat auskultasi setelah insersi NGT bisa mengindikasikan NGT masuk ke lambung, tetapi batuk-batuk dan penurunan saturasi yang terjadi beberapa jam kemudian sangat mengarahkan pada aspirasi akibat disfagia atau malposisi NGT yang tidak terdeteksi sepenuhnya. Oleh karena itu, risiko aspirasi adalah diagnosis keperawatan prioritas yang paling mengancam jiwa dan perlu penanganan segera.
3. Pasien laki-laki 70 tahun dengan riwayat diabetes mellitus dan inkontinensia urin kronis dipasang kateter indwelling. Setelah 3 hari, perawat menemukan adanya kemerahan dan nyeri tekan di sekitar meatus uretra, serta cairan purulen. Pasien juga memiliki ulkus dekubitus stadium II di sakrum yang menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal (kemerahan, bengkak, hangat).Manakah tindakan keperawatan yang paling tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada kedua kondisi pasien tersebut?
A. Segera melepas kateter urin dan melakukan kultur urin, serta mengaplikasikan salep antibiotik pada ulkus.
B. Melakukan perawatan perineal rutin dengan antiseptik dan membersihkan luka dekubitus dengan normal saline.
C. Mengganti kateter urin dengan ukuran yang lebih kecil dan melakukan debridement pada ulkus.
D. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan posisi miring setiap 2 jam.
E. Menganjurkan peningkatan asupan cairan dan protein untuk mendukung penyembuhan luka.
Kunci Jawaban: B
Rasional: Soal ini menuntut perawat untuk memilih tindakan pencegahan dan penanganan infeksi yang paling tepat pada dua masalah yang berbeda namun saling terkait. Kemerahan, nyeri, dan cairan purulen di sekitar meatus kateter menunjukkan infeksi saluran kemih (ISK) terkait kateter atau iritasi. Perawatan perineal rutin dengan antiseptik adalah intervensi penting untuk mencegah dan mengelola infeksi terkait kateter. Demikian pula, untuk ulkus dekubitus stadium II dengan tanda infeksi lokal, pembersihan luka dengan normal saline adalah langkah dasar yang tepat sebelum tindakan lanjutan. Opsi A terlalu agresif tanpa diagnosis pasti dan melepaskan kateter mungkin belum menjadi prioritas utama. Opsi C belum tentu tepat untuk kondisi awal. Opsi D dan E adalah tindakan edukasi dan nutrisi yang penting tetapi bukan tindakan prioritas untuk mengatasi infeksi yang sudah ada.
4. Seorang pasien pasca-operasi torakotomi terpasang Water Seal Drainage (WSD) dan infus cairan Ringer Laktat. Saat perawat melakukan observasi, ditemukan gelembung udara terus-menerus pada botol water seal dan area sekitar insersi selang WSD terasa emfisema subkutan. Sementara itu, aliran infus menjadi lambat meskipun posisi pasien sudah diatur.Sebagai perawat, tindakan kolaborasi apakah yang paling mendesak untuk mengatasi masalah pada WSD?
A. Memeriksa klem pada selang WSD dan memastikan tidak ada kebocoran pada sistem sambungan.
B. Melakukan reposisi botol WSD agar berada di bawah permukaan dada pasien.
C. Melakukan "milking" atau "stripping" pada selang WSD untuk membersihkan sumbatan.
D. Melaporkan segera kepada dokter adanya gelembung udara terus-menerus dan emfisema subkutan.
E. Menyiapkan peralatan untuk penggantian balutan WSD dan infus.
Kunci Jawaban: D
Rasional: Gelembung udara yang terus-menerus pada botol water seal dan adanya emfisema subkutan pada pasien pasca-torakotomi mengindikasikan kemungkinan kebocoran udara dari paru-paru atau dinding dada yang signifikan (misalnya, fistel bronkopleura). Ini adalah komplikasi serius yang memerlukan intervensi medis segera. Meskipun memeriksa klem dan kebocoran adalah tindakan awal perawat, masalah yang persisten dan disertai emfisema subkutan menunjukkan masalah yang lebih besar dan membutuhkan evaluasi serta penanganan oleh dokter. Mengatasi masalah infus yang lambat adalah penting tetapi bukan prioritas utama dibandingkan dengan komplikasi WSD yang berpotensi mengancam jiwa.
5. Seorang pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) mengalami peningkatan produksi sputum dan kesulitan mengeluarkan dahak. Dokter menginstruksikan fisioterapi dada, termasuk postural drainage, dan mempertahankan saturasi oksigen di atas 92% dengan oksigen nasal kanul. Setelah melakukan postural drainage, perawat menemukan pasien mengalami takikardia ringan dan saturasi oksigen menurun menjadi 90%.Manakah evaluasi yang paling tepat dilakukan perawat setelah intervensi tersebut dan tindakan lanjutan yang mungkin diperlukan?
A. Mengevaluasi jumlah dan karakteristik sputum yang keluar, serta melanjutkan oksigenasi sesuai instruksi.
B. Menghentikan postural drainage, mengembalikan pasien ke posisi nyaman, dan meningkatkan aliran oksigen sementara.
C. Menilai kembali fungsi paru dengan auskultasi, kemudian mengulang postural drainage dengan posisi yang berbeda.
D. Melakukan suctioning segera untuk mengeluarkan sisa sputum yang belum keluar setelah postural drainage.
E. Melaporkan kondisi pasien kepada dokter dan mempertimbangkan pemberian bronkodilator.
Kunci Jawaban: B
Rasional: Soal ini menguji kemampuan perawat dalam mengevaluasi respons pasien terhadap intervensi dan mengambil tindakan korektif yang tepat. Penurunan saturasi oksigen dan takikardia ringan setelah postural drainage menunjukkan bahwa pasien mungkin tidak mentolerir prosedur tersebut dengan baik, atau mungkin mengalami hipoksemia sementara. Prioritas perawat adalah memastikan jalan napas dan oksigenasi pasien adekuat. Menghentikan prosedur, mengembalikan pasien ke posisi nyaman, dan meningkatkan aliran oksigen sementara adalah tindakan yang tepat untuk menstabilkan kondisi pasien. Mengevaluasi sputum (A) adalah penting tetapi bukan prioritas saat pasien mengalami penurunan saturasi. Mengulang prosedur (C) atau suctioning segera (D) bisa memperburuk kondisi jika pasien tidak stabil. Melaporkan ke dokter (E) adalah langkah selanjutnya jika kondisi tidak membaik setelah tindakan awal.